Oleh: Nasrullah
Mahasiswa
Pascasarjana Universitas Ibn Khaldun Bogor,
Jurusan
Pemikiran dan Pendidikan Islam semester
III
Al-Qur’an diturunkan memiliki banyak fungsi, di antara fungsinya
adalah sebagai huda (petunjuk). Petunjuk bagi seluruh umat manusia
termasuk jin sekalipun al-Qur’an tetap sebagai petunjuk pedoman shirathal
mustaqim (jalan yang lurus). Siapa saja yang berpaling dari al-Qur’an maka
sudah dipastikan ia tersesat, dan siapa saja yang selalu berpegang teguh
terhadapnya, selalu memegang, berpedoman padanya, maka ia akan mendapatkan
petunjuk. Dalam memahami al-Qur’an diperlukanlah sebuah alat, di antara alat
tersebut adalah bahasa Arab. Dengan bahasa Arab, maka seseorang akan mudah
untuk memahami al-Qur’an. Karena al-Qur’an diturunkan oleh Allah dalam bahasa
Arab dan tentu bagi siapa saja yang ingin berinteraksi dengannya harus bisa
berbahasa Arab.
Yusuf al-Qardhawi dalam kitabnya Kaifa Nata’ammalu Ma’a
al-Qur’an al-Azhim? Menyebutkan bahwa “di antara tuntutan tadabbur al-Qur’an adalah agar kaum Muslimin berdialog
dan berinteraksi dengan al-Qur’an yang ia baca dengan akal dan hatinya”. Ini
berarti bahwa untuk berinteraksi dengan al-Qur’an membutuhkan perenungan,
keseriusan, mencurahkan segala hatinya untuk memahami setiap ayat yang ia baca.
Dengan mengerahkan kemampuannya tadi maka ia berarti telah berdialog dan
berinteraksi dengan al-Qur’an. Allah swt menurunkan al-Qur’an untuk ditadabburi
ayat-ayatnya serta difahami makna yang terkandung di dalamnya. Dengan begitu
seseorang akan mendapatkan petunjuk dan tidak akan tersesat dari jalan yang
dikehendaki Allah swt yaitu jalan yang diridhai-Nya untuk selama-lamanya. Mengenai
tadabbur Allah swt berfirman yang artinya “ini adalah sebuah kitab yang
Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan
ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran” (Q.S:
Shad: 29).
Lalu bagaimana cara untuk lebih memahami al-Qur’an, supaya al-Qur’an
lebih meresap, merasuk dalam jiwa kita selain cara merenungkan setiap ayat-ayat
tadi? Caranya adalah yaitu tadi dengan memahami bahasa Arab. Dengan bahasa
Arab, maka al-Qur’an akan lebih difahami. Dengan bahasa Arab pulalah seseorang
akan mudah untuk berinteraksi dengannya berarti dalam memahami al-Quran tidak
cukup dengan membaca terjemahannya saja. Para sahabat Rasulullah saw saja
mereka tidak akan meneruskan bacaan ataupun hafalan mereka jika mereka belum
memahami sepenuhnya maksud dari surat ataupun ayat yang mereka baca. Ini
menandakan keseriusan mereka dalam mengkaji serta merenungkan makna dari
ayat-ayat al-Qur’an.
Kemudian cara
yang lain untuk berinteraksi dengan
al-Qur’an yaitu dengan cara menghafalnya termasuk selalu mendengarkannya. Bagaimana
mungkin orang yang ingin berinteraksi dengan al-Qur’an tidak membacanya? Mustahil
kan? Selain memaca, menghafal adalah diantara cara untuk berinteraksi
dengan al-Qur’an. Kemudian setelah membaca, menghafal, mendengarkan bacaannya
yang disusul dengan mentadabburinya, maka hal yang harus dilakukan
adalah pengamalan dari ayat-ayat al-Qur’an itu sendiri dalam kehidupan
sehari-hari. Namun yang ingin penulis tekankan dalam hal berinteraksi dengan
al-Qur’an adalah kemampuan yang cukup di dalam membacanya. Jadi siapa saja
berhak untuk berinteraksi dengan al-Qur’an khususnya tadabbur al-Qur’an,
entah anak-anak maupun orang tua sekalipun. Hal ini seperti yang dikatakan oleh
Syaikh Prof. Dr. Naseer al-Omar, ketua lembaga Tadabbur Al Qur’an internasional.
Allahu A’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar