Oleh:
Nasrullah, S.Pd.I[1]
Saat
ini di Indonesia, telah banyak kasus-kasus yang mencengangkan masyarakat kita.
Sebagai salah satu contoh adalah banyaknya kasus-kasus tawuran, perkelahian,
tindakan kriminal serta anarkis lainnya. Informasi ini dengan mudahnya bisa
didapatkan melalui media-media sosial seperti surat kabar, koran, majalah,
radio, televisi dan juga internet serta media-media sosial lainnya. Hal ini
terjadi karena memang para pelajar, siswa maupun mahasiswa kurang mendapatkan
pendidikan yang dapat menangkis itu semua, hal ini tidak hanya menimpa para
pelajar saja tapi ini juga menimpa para orang-orang yang ada pada tingkat
pemerintahan sekalipun seperti kasus-kasus korupsi yang belakangan ini marak
terjadi, makanya pemerintah saat ini menggalakkan pendidikan yang dinamai
dengan pendidikan karakter di setiap jenjang sekolah. Patut kita syukuri
bersama bahwa di Kalimatan Selatan banua kita, masalah atau kasus-kasus
kriminal lainnya cukup minim dibandingkan dengan kasus-kasus yang ada di
kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Yogyakarta, Bandung dan kota-kota
besar lainnya. Mungkin hal ini dapat dimaklumi karena pergaulan di kota-kota
besar tersebut sangatlah bebas sehingga akibat pergaulan yang bebas itulah
memunculkan hilangnya adab ataupun tata krama serta perilaku yang
bertentangan dengan norma agama maupun masyarakat sehingga pada ujungnya
perilaku yang dalam istilah sosiologi disebut dengan perilaku menyimpang ini
menjadikan masyarakat resah dan merasa dihantui oleh aksi-aksi kejahatan.
Untuk
menyelamatkan anak-anak yang ada di banua kita, maka sangat bagus untuk
memaksimalkan pendidikan yang sudah ada ataupun membuat sebuah lembaga
pendidikan yang baru dengan susunan kurikulum yang dapat membangun karakter
anak-anak di banua. Karakter bisa juga disamakan dengan akhlak namun
bisa juga antara keduanya dibedakan. Alasannya karena karakter bersumber dari
Barat sedangkan kata akhlak bersumber dari Islam. Tentu banua kita yang
mayoritas umat Islam harusnya menggunakan kata akhlak ini untuk pembinaan
anak-anak yang lebih baik khususnya dalam hal pendidikan. Pendidikan merupakan
bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja namun juga merupakan tanggung jawab
bersama, tanggung jawab orang tua, lingkungan dan juga masyarakat. Jika
berbicara tentang pendidikan tentu tidak habis-habisnya, makanya Ahmad Tafsir[2]
dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islami menyebutkan bahwa “setiap orang berhak
berbicara tentang pendidikan”. Maka pada intinya adalah pendidikan mampu
memberikan kontribusi terbaik dalam mengatasi semua permasalahan di atas, dan
tentu pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan Islam.
[1]
Mahasiswa
pascasarjana jurusan pendidikan dan pemikiran Islam semester III di Universitas
Ibn Khaldun Bogor.
[2] Lahir di
Bengkulu tahun 1942. Spesialisasi beliau adalah di bidang pendidikan Islam. Beliau
adalah seorang guru besar Pendidikan Islam di Universitas Islam Negeri Bandung
dan Universitas Ibn Khaldun Bogor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar