Analog 0018b

Entri Populer

Rabu, 05 Desember 2012

Pendidikan Karakter Berbasis Al Qur’an



(Sebuah resensi singkat terhadap karya Dr. Ulil Amri Syafri, M.A)
Oleh: Nasrullah, S. Pd.I

Pendidikan di Indonesia dewasa ini sepertinya mengalami kemunduran. Hal ini terbukti dengan banyaknya kasus tawuran antar sekolah, universitas, para penjabat negara atau bahkan dari pihak aparat sendiri. Penyebab semua ini bisa karena kurangnya keteladanan dari seorang guru, kurang tertanamnya ‘aqîdah shahîhah dan nilai-nilai islam dalam hati anak didik, sehingga berakibat pada krisis karakter.
Usaha yang dilakukan pemerintah ternyata kurang berjalan, hal ini disebabkan karena memang kurang pedulinya seorang guru/dosen dalam mengajarkan karakter, atau karena kurang fahamnya para guru/dosen akan hakikat pendidikan itu sendiri sehingga krisis karakter ini bisa terjadi.
Mata pelajaran apapun yang diampu oleh seorang guru/dosen baik itu umum terlebih agama, maka sudah seharusnyalah bisa memasukkan nilai-nilai keislaman kepada peserta didik. Dengan begitu secara tidak sadar, karakter peserta didik akan terbentuk.
Sangat disayangkan ketika para pemerhati pendidikan mengadakan perbandingan pendidikan atau studi banding penerapan pendidikan karakter untuk bangsa ini pada bangsa lain. Padahal belum tentu pendidikan diluar sana sesuai dan pas jika diterapkan di negara tercinta ini.
Untuk itu, Dr. Ulil Amri Syafri, M.A dalam bukunya sedikit banyaknya akan menjelaskan secara gamblang apa itu pendidikan karakter? Penulis berpendapat bahwa buku ini sangat bagus untuk dikaji dan diinternalisasikan kepada seluruh lapisan masyarakat, terkhusus bagi para siswa dan mahasiswa.
Dalam buku ini beliau juga memaparkan bahwa penyebab utama dari gagalnya pembentukan karakter peserta didik adalah karena tidak berhasilnya para konseptor pendidikan menekankan pentingnya pendidikan karakter akhlak di lembaga-lembaga pendidikan, termasuk lembaga-lembaga yang berlabel islam.
Dalam hal ini, pendidikan berarti memerlukan objek yaitu peserta didik, siapa itu? Dialah manusia. Betapa banyak ilmuan barat yang mengemukakan pendapat mereka diantaranya tentang hakikat manusia dan potensi-potensi yang dimilikinya serta unsur-unsur pembentuk manusia. Namun semua itu bertentangan dengan apa yang sudah dikonsepkan oleh islam.
Manusia tidak bisa disamakan dengan makhluk lainya, baik itu jin, malaikat, bahkan binatang sekalipun. Karena memang manusia itu berbeda dengan makhluk diantara makhluk-makhluk yang diciptakan olehNya, manusia adalah makhluk yang sempurna dan mulia jika ia hidup di jalan yang sudah ditentukanNya, dan sebaliknya ia akan menjadi hina ketika ia tidak berjalan dijalan yang sudah ditentukanNya.
Kemudian mengenai pendidikan islam yang berobjek pada manusia itu sendiri, beliau maparkan bahwa pendidikan islam bertujuan untuk melahirkan generasi yang baik sesuai dengan kehendak Allah yang mana senantiasa memegang amanah sebagai khalifah di muka bumi (Syafri, 2012: 35).
Mengenai makna pendidikan, Ulil dalam bukunya memaparkan beberapa pendapat para ahli, sehingga dengan begitu para pembaca dapat mengetahui perbedaan makna/arti dari pendidikan itu sendiri yang memang selama ini mungkin istilah-istilah itu tidak asing lagi seperti tarbiyah, ta’lim, dan ta’dib.
Pada pembahasan pendidikan karakter berbasis Al Qur’an, beliau menjelaskan bahwa Al Qur’an telah melakukan proses penting dalam pendidikan manusia sejak diturunannya wahyu pertama kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam (Syafri, 2012: 57).
Dalam buku itu juga dijelaskan hal-hal yang berkaitan dengan akhlak, seperti pengertian dari akhlak itu sendiri dan ruang lingkupnya serta kesatuan antara akhlak dan akidah yang tidak boleh terpisahkan.
Sebelum menapaki bab terakhir (kesimpulan), dalam buku tersebut juga dijelaskan model-model pendidikan akhlak dalam Al Qur’an seperti model perintah, model larangan, model targhîb (motivasi) dan model-model lainnya.
Pada bab ini, penjelasan yang diberikan oleh Dr. Ulil menurut penulis sangatlah jelas dan mudah untuk difahami setiap orang, karena selain dari segi bahasanya yang sederhana, dalam pembahasannya itu beliau senantiasa memasukkan contoh-contoh dari ayat-ayat Al Qur’an itu sendiri terhadap setiap model pendidikan akhlak dalam Al Qur’an.
Akhirnya dikesimpulan buku ini beliau menjelaskan bahwa pendidikan karakter di Indonesia tidak bisa dilihat seperti masa silam. Menyederhanakan pendidikan karakter sama saja menyederhanakan eksistensi manusia, dan memperhatikan pendidikan karakter adalah salah satu bentuk memuliakan manusia, karena memang pada hakikatnya manusia itu mulia.
Jadi pendidikan karakter dalam perspektif islam menurut beliau adalah pendidikan akhlak yang berorientasi tidak saja pada aspek duniawi tapi juga ukhrawi dan dengan konsep pendidikan akhlak berbasis Al Qur’an ini, manusia diajarkan untuk selalu menjadi baik serta mampu mencegah perbuatan buruk (Syafri, 2012: 149-150).
Selamat membaca.