SI TULAMAK dasar kada kawa mandangar ada makanan pina hanyar,langsung inya handak marasani. Tapi karna kada tapi panduitan makanya inya cuma kawa managuk liur haja.
"Wayah ini ujar habar ada wadai matan Betawi nang bangaran karak hintalu alias karak telur,bujurlah Bus?" ujar Tulamak.
"Kanapa maka ikam tapikir wadai karak hintalu itu Mak?" ujar Garbus.
"Aku hanyar mandangar makanya aku handak tahu lawan handak marasani kaya
apa rasanya," ujar
Tulamak.
"Ikam ini dasar jago makan Mak ai. Samalam handak marasani pisang epek wan coto mangkasara, wayah ini handak karak telur Jakarta, padahal
sabalumnya handak marasani rujak cengor wan
gudeg Jogya," ujar Garbus.
"Tapi samacam nang ikam kada wani mamakan."
"Samunyaan makanan khas daerah kuhantup. Makanan napa itu Bus nang ikam
padahakan aku kada wani?" ujar Tulamak manantang.
"Ikam pasti kada wani mamakan wadai empek-empek Palembang," ujar
Garbus.
"Hi-ih lah, aku kada wani mamakan empek-empek karna karas banar wan layat di-igut, apalagi mamakannya bacampur cuka. Apalagi gigiku banyak rusak dan sudah parak kilum," ujar Tulamak mangaku.
"Napa pina rami mamander wadai wan makanan. Cuba tangguh wadai karak napa
nang rasanya masin-masin tapi kada bauyah," ujar Palui.
"Gampang Lui ai, karak nang masin-masin itu adalah karak iwak rabuk,"
ujar Garbus.
"Karak iwak rabuk itu bujur haja masin tapi masinnya karna diuyahi," ujar Palui.
"Karak dodol hangit," ujar
Tulamak.
"Karak dodol rasanya manis Mak ai," ujar Palui
"Kukira samunyaan karak
nang masin itu adalah pasti karna bauyah, karna kabanyakan uyah lalu rasanya masin," ujar
Tulamak.
"Ada Mak ai, rasanya masin
justru karna kada
bauyah," ujar Palui
mayakinakan.
"Kalu kaya itu karak napa
Lui? ujar Garbus.
"Nang kada bauyah tapi pasti masin adalah karak...
karak hidung. Kalu bubuhan ikam kada parcaya cuba rasani sadikit," ujar Palui
tatawa.
"Hussss.... jijik lawan rigat kada biasa tarasani," sahut Tulamak pina bakirik.
Sumber: http://www.banjarmasinpost.co.id
Entri Populer
-
Assalamu’alaikum warahmatullahi wa barakaatuh Innal hamda lillah nahmaduhu wa nasta’iinuhu wa nastaghfiruhu wa na’udzubillahi min syuruuri ...
-
Assalamu'alaikum semuanya, dikatakan bahwa ; “Asshihhatu taaju ‘ala ru uushil ashaa i, laa yarauhaa illall mardhaa” itulah pepatah arab ...
-
(Sebuah resensi singkat terhadap karya Dr. Ulil Amri Syafri, M.A) Oleh: Nasrullah, S. Pd.I Pendidikan di Indonesia dewasa ini s...
-
SI TULAMAK dasar kada kawa mandangar ada makanan pina hanyar,langsung inya handak marasani. Tapi karna kada tapi panduitan makanya inya cuma...
-
Oleh: Nasrullah, M.Pd.I [1] Ketika penulis sedang berjalan di sebuah toko buku yang cukup terkenal (gramedia) di kota Bogor. Tiba-tiba p...
-
Oleh: Nasrullah Indonesia didirikan oleh para pendahulunya dengan perjuangan yang nyata. Memukul mundur kaum penjajah atas keterti...
-
Rumah Banjar Rumah Banjar adalah rumah tradisional suku Banjar. Arsitektur tradisional ciri-cirinya antara lain mempunyai perlambang, memp...
-
Oleh: Nasrullah, S.Pd.I Mahasiswa Pascasarjana Universitas Ibn Khaldun Bogor, Jurusan Pemikiran dan Pendidikan Islam Tulisan ini...
-
Menanggapi terhadap tulisan yang telah disampaikan oleh bapak Hatta Rajasa dengan judul “Kembali ke Fitrah, Kembali ke Optimisme”. Berdasark...
-
Hari senin sore (16 April 2007), isteri saya yang baru pulang dari co-ass dari RSSA memberitahukan kepada saya, bahwa teman-teman akhowat is...
Kamis, 25 November 2010
Ibarat Bajalan Kada Bagalumbang Banyu
“Ibarat Bajalan Kada Bagalumbang Banyu”
ibarat = umpama
bajalan = berjalan
kada = tidak
bagalumbang = bergelombang/ombak besar
banyu = air
” umpama berjalan di atas air, tidak sampai menimbulkan gelombang/ombak besar “
Makna ungkapan:
Di dalam interaksi sosial sehari-hari janganlah sampai menyinggung atau menyakiti hati orang sekitar yang bisa berakibat ketidakharmonisan hidup.
Sudah menjadi sifat dasar manusia untuk bergaul dengan manusia lainnya sebagai mahluk sosial. Dalam pergaulan itu akan banyak ucapan dan perbuatan yang dilakukan atau bisa juga ekspresi wajah yang ditampilkan. Meskipun demikian hendaknya segala kelakuan itu dijaga dan diukur sesuai keadaan. Intinya segala tingkah laku harus bisa dikendalikan.
Ungkapan tradisional Banjar ini diberikan untuk tujuan mendidik masyarakat dalam menjalani pergaulan sehari-hari. Diibaratkan sebuah lapisan air yang tenang, kemudian manusia menjalani air tersebut dalam kehidupannya, tingkah laku manusia tidak sampai menimbulkan ombak besar yang akhirnya merusak ketenangan lapisan air sebagai lambang lingkungan sekitar.
Saat berhati-hati melintasi lapisan air, memang akan selalu ada riak-riak kecil, riak kecil ini diumpamakan perbedaan pendapat yang sering terjadi. Tetapi segala perbedaan itu tidak boleh sampai menimbulkan ombak besar atau permusuhan.
Orang Banjar dahulu sering menanamkan sifat untuk menghargai pendapat orang lain, tidak boleh pendapat orang lain dikatakan tidak bermutu atau mendiskreditkan prestasi orang lain. Semua itu hanya akan menimbulkan ketidaktentraman dalam hidup. Ungkapan ini merupakan salah satu warisan budaya Banjar dalam mengatur tata kelakukan bermasyarakat.
Sumber ; http://kerajaanbanjar.wordpress.com/2007/05/01/ibarat-bajalan-kada-bagalumbang-banyu/
ibarat = umpama
bajalan = berjalan
kada = tidak
bagalumbang = bergelombang/ombak besar
banyu = air
” umpama berjalan di atas air, tidak sampai menimbulkan gelombang/ombak besar “
Makna ungkapan:
Di dalam interaksi sosial sehari-hari janganlah sampai menyinggung atau menyakiti hati orang sekitar yang bisa berakibat ketidakharmonisan hidup.
Sudah menjadi sifat dasar manusia untuk bergaul dengan manusia lainnya sebagai mahluk sosial. Dalam pergaulan itu akan banyak ucapan dan perbuatan yang dilakukan atau bisa juga ekspresi wajah yang ditampilkan. Meskipun demikian hendaknya segala kelakuan itu dijaga dan diukur sesuai keadaan. Intinya segala tingkah laku harus bisa dikendalikan.
Ungkapan tradisional Banjar ini diberikan untuk tujuan mendidik masyarakat dalam menjalani pergaulan sehari-hari. Diibaratkan sebuah lapisan air yang tenang, kemudian manusia menjalani air tersebut dalam kehidupannya, tingkah laku manusia tidak sampai menimbulkan ombak besar yang akhirnya merusak ketenangan lapisan air sebagai lambang lingkungan sekitar.
Saat berhati-hati melintasi lapisan air, memang akan selalu ada riak-riak kecil, riak kecil ini diumpamakan perbedaan pendapat yang sering terjadi. Tetapi segala perbedaan itu tidak boleh sampai menimbulkan ombak besar atau permusuhan.
Orang Banjar dahulu sering menanamkan sifat untuk menghargai pendapat orang lain, tidak boleh pendapat orang lain dikatakan tidak bermutu atau mendiskreditkan prestasi orang lain. Semua itu hanya akan menimbulkan ketidaktentraman dalam hidup. Ungkapan ini merupakan salah satu warisan budaya Banjar dalam mengatur tata kelakukan bermasyarakat.
Sumber ; http://kerajaanbanjar.wordpress.com/2007/05/01/ibarat-bajalan-kada-bagalumbang-banyu/
Rabu, 24 November 2010
PRIA KATHOLIK BERCADAR MENYUSUP DI MAJELIS TA’LIM SALAFY
Hari senin sore (16 April 2007), isteri saya yang baru pulang dari co-ass dari RSSA memberitahukan kepada saya, bahwa teman-teman akhowat isteri saya menceritakan kepadanya bahwa pada hari Ahad (15 April 2007) di Masjid As-Salam (Jl. Bendungan Sigura-gura, Malang) yang sedang berlangsung majelis ta’lim yang diasuh oleh al-Ustadz Abdulloh Hadhromi hafizhahullahu, disusupi seorang pria yang menyamar jadi akhowat. Berita ini –kata isteri saya- masuk di koran Radar Malang (Jawa Post Group).
Beberapa hari kemudian, seorang ikhwan yang hadir di pengajian, mengirimkan kepada saya rekaman kejadian yang diambil dengan Handphone via email. Saya juga mendapatkan kronologis kejadian dan analisis yang disusun oleh seorang ikhwan terkait kejadian tersebut.
Beberapa waktu sebelumnya, di Batu – Malang, di sebuah hotel terjadi kasus penghujatan kitab suci Al-Qur’an yang dilakukan oleh kalangan Nasrani yang ’aneh’-nya mereka semua berpakai pakaian layaknya kaum muslimin. Kasus ini sempat keluar sekilas di media massa dan elektronik dengan pemberitaan seadanya dan dinyatakan bernuansa SARA. Saya melihat sempat rekaman kejadian ini pada saat saya berkunjung ke wisma as-Sunnah Malang.
Pria katolik yang tertangkap ini, mengaku bahwa dirinya sengaja menyusup karena ingin belajar dan mendalami Islam. Namun, banyak kejanggalan-kejanggalan dari pengakuannya, sebagaimana diberitakan oleh para ikhwan yang hadir di majelis ta’lim tersebut.
Di antara kejanggalan tersebut adalah :
1. Sekiranya ia ingin belajar Islam, mengapa ia harus menyusup ke barisan akhowat. Kenapa tidak langsung hadir saja ke tempat ikhwan.
Ketika diinterogasi -waktu tertangkap dan juga sebagaimana termuat di koran-, ia beralasan bahwa ia sengaja menyamar jadi wanita bercadar agar tidak ada teman-temannya yang mengetahuinya. Oleh karena itu ia menyamar jadi wanita bercadar agar tidak ada yang mengenalnya.
Alasannya ini ditampik, karena ada saksi yang melihat bahwa ia datang digonceng oleh seorang pria, menurunkannya di Masjid lalu pria tersebut pergi. Jika ia beralasan khawatir diketahui teman-temannya yang kristiani, lantas mengapa ia datang dalam keadaan dibonceng?!
2. Ketika pengajian berlangsung, ia sibuk dengan handphonenya. Para saksi melihat bahwa ia sibuk menulis sms dan suara ketikan sms-nyapun sampai terdengar. Apabila ia ingin belajar Islam, mengapa ia tidak mendengarkan kajian namun malah sibuk dengan sms.
3. Ketika tertangkap, salah seorang ikhwan berhasil memback-up isi handphonennya. Di dalamnya penuh dengan sms berbahasa inggeris dan ucapan-ucapan yang bernuansa kristiani. [Lihat lampiran analisis di bawah].
4. Ia memiliki kartu pujian gereja, yang menunjukkan bahwa ia adalah aktivis gereja. Bahasa sms-nya juga menunjukkan akan hal ini.
5. Persiapannya di dalam menyusup, menunjukkan bahwa dia harus sampai perlu mempersiapkan dan membeli baju akhowat lengkap dengan cadarnya.
6. Banyaknya bon-bon dan hasil penarikan uang di ATM dalam jumlah besar. Seakan-akan ada sindikat terorganisir yang berada di belakangnya yang membiayai aktivitasnya.
Dll…
Wallohu a’lam, akan kebenaran pasti motif si pria ini menyusup ke dalam pengajian. Namun yang penting di sini, umat Islam harus waspada dan berhati-hati. Karena upaya kristenisasi dan pemurtadan memang lagi sangat marak, dan aktivitas ’mata-mata’ yang menyusup untuk mencari-cari berita kaum muslimin telah terjadi semenjak dahulu.
Dalam masalah ini kaum muslimin juga harus berhati-hati. Jangan mudah terpancing emosi dan main hakim sendiri. Kaum muslimin harus tenang dan menyerahkan masalah ini kepada ahlinya : para asatidzah, ulama dan umara’. Jangan bertindak sendiri-sendiri dengan main hakim sendiri. Kaum muslimin tetap harus menggunakan akal sehat, taktik dan strategi di dalam menghadapi masalah-masalah seperti ini.
Kita harus sadar, bahwa kejahatan kristenisasi kini dilengkapi dengan kenyataan yang sangat berbahaya, diantaranya dengan cara perkosaan terhadap kaum muslimah. Di dalam “Dialog” (Jum’at. 6 Agustus 1999) sebagaimana dinukil oleh selebaran LPPI, diberitakan bahwa seorang murid Madrasah Aliyah di Padang, Khairiyah Enisnawati alias Wawah (17 thn) pelajar Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Gunung Pangilun, Padang, Sumatera Barat adalah salah satu dari 500 orang Minang yang dimurtadkan. Gadis berjilbab itu diculik, diperkosa dan dipaksa keluar dari agamanya lewat misi rahasia yang dijalankan sekelompok orang Kristen, di rumah Salmon seorang Jemaat Gereja Protestan di Jl. Bagindo Aziz Chan, Padang tempat memaksa Wawah untuk membuka jilbab dan masuk Kristen.
Gereja itu dipimpin Pendeta Willy, sedang Salmon adalah jemaat yang juga karyawan PDAM Padang. (lihat Dialog Jumat, 6 Agustus 1999). Dengan aneka kelicikan, kebrutalan dan bahkan pemerkosaan seperti tersebut di atas, jumlah orang Kristen di Indonesia makin menanjak secara drastis. Dari hanya 2,8% pada tahun 1931 menjadi 7,4% pada 1971 dan hampir 10% pada 1990. Kebrutalan dan kebiadaban mereka itu menimbulkan aneka konflik pula secara bertubi-tubi. Diantaranya kerusuhan antara Muslimin dan Nasrani di Dili Timor Timur (1994), Maumere NTT (1995), Surabaya dan Situbondo Jatim (1996), Tasikmalaya (1997), Ketapang dan Kupang, serta Ambon dan Sambas (1999).
Pertemuan 300 pimpinan gereja dari 50 negara di Singapura, Januari 1989, kemudian pada 6 Januari 1991 dilancarkan apa yang disebut Dekade Evangelisasi, yakni “Manifestasi Kristus kepada gentiles (non Kristen)”. Berdasarkan interpelasi angka Gereja dari 5.100.000.000 penduduk dunia dewasa ini, orang Kristen berjumlah 1.665.000.000. Berarti ada sekitar 3.435.000.000 penduduk dunia yang harus dikristenkan, menurut mereka. (Media Dakwah, Agustus 1999, hal. 16)
Dari memperkosa muslimah lalu memurtadkan, sampai mengamen di bus-bus kota dengan lagu Gerejani telah mereka gencarkan.
Maka benar dan terbuktilah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala : “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka“. (Q.S. Al-Baqarah 120).
Maka waspadalah wahai kaum muslimin!!!
oleh : abu salma sumbernya ; http://abusalma.wordpress.com/2007/04/21/pria-katholik-bercadar-menyusup-di-majelis-ta%E2%80%99lim-salafy/#comment-1566
semoga bermanfaat . . . Allahumma Amin
Beberapa hari kemudian, seorang ikhwan yang hadir di pengajian, mengirimkan kepada saya rekaman kejadian yang diambil dengan Handphone via email. Saya juga mendapatkan kronologis kejadian dan analisis yang disusun oleh seorang ikhwan terkait kejadian tersebut.
Beberapa waktu sebelumnya, di Batu – Malang, di sebuah hotel terjadi kasus penghujatan kitab suci Al-Qur’an yang dilakukan oleh kalangan Nasrani yang ’aneh’-nya mereka semua berpakai pakaian layaknya kaum muslimin. Kasus ini sempat keluar sekilas di media massa dan elektronik dengan pemberitaan seadanya dan dinyatakan bernuansa SARA. Saya melihat sempat rekaman kejadian ini pada saat saya berkunjung ke wisma as-Sunnah Malang.
Pria katolik yang tertangkap ini, mengaku bahwa dirinya sengaja menyusup karena ingin belajar dan mendalami Islam. Namun, banyak kejanggalan-kejanggalan dari pengakuannya, sebagaimana diberitakan oleh para ikhwan yang hadir di majelis ta’lim tersebut.
Di antara kejanggalan tersebut adalah :
1. Sekiranya ia ingin belajar Islam, mengapa ia harus menyusup ke barisan akhowat. Kenapa tidak langsung hadir saja ke tempat ikhwan.
Ketika diinterogasi -waktu tertangkap dan juga sebagaimana termuat di koran-, ia beralasan bahwa ia sengaja menyamar jadi wanita bercadar agar tidak ada teman-temannya yang mengetahuinya. Oleh karena itu ia menyamar jadi wanita bercadar agar tidak ada yang mengenalnya.
Alasannya ini ditampik, karena ada saksi yang melihat bahwa ia datang digonceng oleh seorang pria, menurunkannya di Masjid lalu pria tersebut pergi. Jika ia beralasan khawatir diketahui teman-temannya yang kristiani, lantas mengapa ia datang dalam keadaan dibonceng?!
2. Ketika pengajian berlangsung, ia sibuk dengan handphonenya. Para saksi melihat bahwa ia sibuk menulis sms dan suara ketikan sms-nyapun sampai terdengar. Apabila ia ingin belajar Islam, mengapa ia tidak mendengarkan kajian namun malah sibuk dengan sms.
3. Ketika tertangkap, salah seorang ikhwan berhasil memback-up isi handphonennya. Di dalamnya penuh dengan sms berbahasa inggeris dan ucapan-ucapan yang bernuansa kristiani. [Lihat lampiran analisis di bawah].
4. Ia memiliki kartu pujian gereja, yang menunjukkan bahwa ia adalah aktivis gereja. Bahasa sms-nya juga menunjukkan akan hal ini.
5. Persiapannya di dalam menyusup, menunjukkan bahwa dia harus sampai perlu mempersiapkan dan membeli baju akhowat lengkap dengan cadarnya.
6. Banyaknya bon-bon dan hasil penarikan uang di ATM dalam jumlah besar. Seakan-akan ada sindikat terorganisir yang berada di belakangnya yang membiayai aktivitasnya.
Dll…
Wallohu a’lam, akan kebenaran pasti motif si pria ini menyusup ke dalam pengajian. Namun yang penting di sini, umat Islam harus waspada dan berhati-hati. Karena upaya kristenisasi dan pemurtadan memang lagi sangat marak, dan aktivitas ’mata-mata’ yang menyusup untuk mencari-cari berita kaum muslimin telah terjadi semenjak dahulu.
Dalam masalah ini kaum muslimin juga harus berhati-hati. Jangan mudah terpancing emosi dan main hakim sendiri. Kaum muslimin harus tenang dan menyerahkan masalah ini kepada ahlinya : para asatidzah, ulama dan umara’. Jangan bertindak sendiri-sendiri dengan main hakim sendiri. Kaum muslimin tetap harus menggunakan akal sehat, taktik dan strategi di dalam menghadapi masalah-masalah seperti ini.
Kita harus sadar, bahwa kejahatan kristenisasi kini dilengkapi dengan kenyataan yang sangat berbahaya, diantaranya dengan cara perkosaan terhadap kaum muslimah. Di dalam “Dialog” (Jum’at. 6 Agustus 1999) sebagaimana dinukil oleh selebaran LPPI, diberitakan bahwa seorang murid Madrasah Aliyah di Padang, Khairiyah Enisnawati alias Wawah (17 thn) pelajar Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Gunung Pangilun, Padang, Sumatera Barat adalah salah satu dari 500 orang Minang yang dimurtadkan. Gadis berjilbab itu diculik, diperkosa dan dipaksa keluar dari agamanya lewat misi rahasia yang dijalankan sekelompok orang Kristen, di rumah Salmon seorang Jemaat Gereja Protestan di Jl. Bagindo Aziz Chan, Padang tempat memaksa Wawah untuk membuka jilbab dan masuk Kristen.
Gereja itu dipimpin Pendeta Willy, sedang Salmon adalah jemaat yang juga karyawan PDAM Padang. (lihat Dialog Jumat, 6 Agustus 1999). Dengan aneka kelicikan, kebrutalan dan bahkan pemerkosaan seperti tersebut di atas, jumlah orang Kristen di Indonesia makin menanjak secara drastis. Dari hanya 2,8% pada tahun 1931 menjadi 7,4% pada 1971 dan hampir 10% pada 1990. Kebrutalan dan kebiadaban mereka itu menimbulkan aneka konflik pula secara bertubi-tubi. Diantaranya kerusuhan antara Muslimin dan Nasrani di Dili Timor Timur (1994), Maumere NTT (1995), Surabaya dan Situbondo Jatim (1996), Tasikmalaya (1997), Ketapang dan Kupang, serta Ambon dan Sambas (1999).
Pertemuan 300 pimpinan gereja dari 50 negara di Singapura, Januari 1989, kemudian pada 6 Januari 1991 dilancarkan apa yang disebut Dekade Evangelisasi, yakni “Manifestasi Kristus kepada gentiles (non Kristen)”. Berdasarkan interpelasi angka Gereja dari 5.100.000.000 penduduk dunia dewasa ini, orang Kristen berjumlah 1.665.000.000. Berarti ada sekitar 3.435.000.000 penduduk dunia yang harus dikristenkan, menurut mereka. (Media Dakwah, Agustus 1999, hal. 16)
Dari memperkosa muslimah lalu memurtadkan, sampai mengamen di bus-bus kota dengan lagu Gerejani telah mereka gencarkan.
Maka benar dan terbuktilah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala : “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka“. (Q.S. Al-Baqarah 120).
Maka waspadalah wahai kaum muslimin!!!
oleh : abu salma sumbernya ; http://abusalma.wordpress.com/2007/04/21/pria-katholik-bercadar-menyusup-di-majelis-ta%E2%80%99lim-salafy/#comment-1566
semoga bermanfaat . . . Allahumma Amin
Langganan:
Komentar (Atom)